Puasa punya
keutamaan yang besar. Bulan Ramadhan pun demikian adalah bulan yang
penuh kemuliaan. Maka tentu saja untuk memasuki bulan yang mulia ini dan
ingin menjalani kewajiban puasa, hendaklah kita punya persiapan yang
matang. Persiapan yang utama yang mesti ada adalah persiapan ilmu.
Karena orang yang beribadah pada Allah tanpa didasari ilmu, maka tentu
ibadahnya bisa jadi sia-sia. Sebagaimana ketika ada yang mau bersafar ke
Jakarta lalu tak tahu arah yang mesti ditempuh, tentu ia bisa 'nyasar'
dan tersesat. Ujuk-ujuk sampai di tujuan, bisa jadi malah ia menghilang
tak tahu ke mana. Demikian pula dalam beramal, seorang muslim mestilah
mempersiapkan ilmu terlebih dahulu sebelum bertindak.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
العامل
بلا علم كالسائر بلا دليل ومعلوم ان عطب مثل هذا اقرب من سلامته وان قدر
سلامته اتفاقا نادرا فهو غير محمود بل مذموم
عند العقلاء
"Orang yang beramal tanpa ilmu bagai orang yang berjalan tanpa ada penuntun. Sudah dimaklumi bahwa orang yang berjalan tanpa penuntun
tadi akan mendapatkan kesulitan dan sulit bisa selamat. Taruhlah ia
bisa selamat, namun itu jarang. Menurut orang yang berakal, ia tetap
saja tidak dipuji bahkan dapat celaan."
Guru dari Ibnul Qayyim yaitu Ibnu Taimiyah rahimahullah juga berkata,
من فارق الدليل ضل السبيل ولا دليل إلا بما جاء به الرسول
"Siapa yang terpisah dari penuntun
jalannya, maka tentu ia bisa tersesat. Tidak ada penuntun yang terbaik
bagi kita selain dengan mengikuti ajaran Rasul -shallallahu 'alaihi wa sallam-." (Lihat Miftah Daris Sa'adah, 1: 299)
'Umar bin 'Abdul 'Aziz juga pernah berkata,
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
"Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka kerusakan yang ia perbuatan lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh." (Majmu' Al Fatawa, 2: 282)
Juga amalan yang bisa diterima hanyalah dari orang yang bertakwa. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
"Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al Maidah: 27). Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
"Tafsiran yang paling bagus mengenai ayat ini bahwasanya amalan yang
diterima hanyalah dari orang yang bertakwa. Yang disebut bertakwa adalah
bila beramal karena mengharap wajah Allah dan sesuai dengan tuntunan
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tentu saja ini perlu didasari dengan ilmu." (Miftah Daris Sa'adah, 1: 299)
Ulama hadits terkemuka, yakni Imam Bukhari membuat bab dalam kitab shahihnya "Al 'Ilmu Qoblal Qouli Wal 'Amali (Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat)". Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah Ta'ala,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
"Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu" (QS. Muhammad: 19).
Dalam ayat ini, Allah memulai dengan
‘ilmuilah’ lalu mengatakan ‘mohonlah ampun’. Ilmuilah yang dimaksudkan
adalah perintah untuk berilmu terlebih dahulu, sedangkan ‘mohonlah
ampun’ adalah amalan. Ini pertanda bahwa ilmu hendaklah lebih dahulu
sebelum amal perbuatan.
Ibnul Munir rahimahullah berkata,
“Yang dimaksudkan oleh Al Bukhari bahwa ilmu adalah syarat benarnya
suatu perkataan dan perbuatan. Suatu perkataan dan perbuatan itu tidak
teranggap kecuali dengan ilmu terlebih dahulu. Oleh sebab itulah, ilmu
didahulukan dari ucapan dan perbuatan, karena ilmu itu pelurus niat.
Niat nantinya yang akan memperbaiki amalan.” (Fathul Bari, 1: 108)
Mengapa kita mesti belajar sebelum beramal? Karena menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim."
(HR. Ibnu Majah no. 224, dari Anas bin Malik. Hadits ini hasan karena
berbagai penguatnya. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Hadits ini diriwayatkan dari beberapa sahabat di antaranya Anas bin
Malik, 'Abdullah bin Mas'ud, Abu Sa'id Al Khudri, Ibnu 'Abbas, Ibnu
'Umar, 'Ali bin Abi Tholib, dan Jabir. Lihat catatan kaki Jaami' Bayanil
'Ilmi wa Fadhlihi, 1: 69)
Ilmu apa saja yang mesti disiapkan sebelum puasa? Yang
utama adalah ilmu yang bisa membuat puasa kita sah, yang bila tidak
dipahami bisa jadi ada kewajiban yang kita tinggalkan atau larangan yang
kita terjang. Lalu dilengkapi dengan ilmu yang membuat puasa kita
semakin sempurna. Juga bisa ditambahkan dengan ilmu mengenai
amalan-amalan utama di bulan Ramadhan, ilmu tentang zakat, juga mengenai
aktifitas sebagian kaum muslimin menjelang dan saat Idul Fithri, juga
setelahnya. Semoga dengan mempelajarinya, bulan Ramadhan kita menjadi
lebih berkah.
Semoga Allah memudahkan kita dalam meraih ilmu sebelum memasuki Ramadhan. Hanya Allah yang memberi taufik.
0 komentar:
Posting Komentar